Thursday, August 19, 2010

Kotoran di Tanah Suci

Sembilan bulan yang lalu sesampainya di Jeddah, saya berpikiran bahwa saya sudah sampai di Tanah Suci dimana semua manusia berkelakuan baik dengan akhlak yang sesuai dengan ajaran Islam. Rupanya saya salah sangka.
Saya ditempatkan dikota Taif, kota tua diatas dataran tinggi Arab dimana cuacanya persis sama Bandung. Tapi kalau musim dingin, ya Allah... dinginnya luar biasa sampai 10 Cel.
Beberapa bulan di sana saya melakukan ibadah yang tidak pernah dengan baik dan benar saya lakukan di Tanah Air dan juga didukung oleh Bos yang baik beragamanya.
Sejalan dengan waktu, aku berteman dengan rakyat Indonesia, Pakistan, Afghanistan, Bangladesh dan India. Saya mulai mengerti banyak hal-hal yang miring ditanah penuh rahmat ini. Dari judi buntut, prostitusi dan madat banyak secara terselubung ada di Saudi khususnya di kota Jeddah. Tapi yang saya sangat sayangkan adalah masalah prostitusi, dimana banyak sekali wanita Indonesia terjerat didalamnya.
Mayoritas rakyat kita khususnya perempuan datang dari Madura, NTB, Jabar (Cirebon dan sekitarnya, Cianjur, Sukabumi), Banten dan Selawesi Selatan.
Saya bukannya mau menjelekkan ethnis tertentu, tetapi fakta harus saya sampaikan agar menjadi perhatian pemerintah untuk melakukan kontrol terhadap pekerja yang akan ke Saudi dan negara-negara lain di semenajung Arab. Agar nama bangsa kita tetap harum di dunia international.
Prostitusi di Saudi Arabia banyak dilakukan oleh rakyat kita khususnya dari Jabar, sedangkan mucikarinya adalah dari ethnis Madura dan sebagian dari Jabar.
Banyak wanita kita di doktorinasi oleh keluarganya, sesampainya di Arab nanti untuk kabur dari majikannya, karena gaji kaburan atau istilah disini "Swata" lebih tinggi di bandingkan "Negeri". Gaji swasta bisa mencapai 1400-1600 riyal (Rp 3,2jt - 3.7jt ) bersih dan bisa nyambi, sedangkan gaji negeri 800 riyal (Rp 1,8 jt ) bersih. jadi perbedaan gaji tersebut menjadi motivasi mereka untuk kabur dari majikannya.
Dengan konsikuensi sbb :
  1. Ditangkap polisi kerajaan Saudi dan dipenjarakan.
  2. Tidak ada tempat bermukin sampai dapat pekerjaan yang akhirnya banyak rakyat kita bermukim di bawah jembatan Jeddah yang cukup terkenal.
  3. Terjerumus prostitusi.
  4. Sebelum pulang, harus menyerahkan diri ke polisi kerajaan untuk dipenjarakan kemudian diproses pemulangannya oleh Kedutaan.

Tapi hal-hal tadi tidak membuat gentar wanita kita untuk kabur.

Sewaktu seorang PRT kabur dari majikannya, biasanya wanita itu lari ke warung-warung indonesia dan biasanya disana banyak nonkrong pekerja laki-laki asal Indonesia. Wanita tersebut akan minta tolong atau ditolong oleh laki-laki disana. Biasanya pekerja laki-laki di Jeddah mempunyai kamar yang letaknya jauh dari majikannya. Akhirnya wanita tadi dibawa dan ditampung sementara oleh laki-laki tersebut. Kebanyakan wanita tersebut akan menjadi mainan laki-laki tadi sampai ada tempat untuk bekerja. Tapi bila tidak, wanita tersebut dijual ke rumah bordil atau "penampungan" istilah kerennya. Banyak sekali kantong-kantong penampungan tersebut tersebar di kota Jeddah dan Mekkah.

Banyak sekali laki-laki bukan saja dari Indonesia haus wanita saat bekerja di Saudi. Mereka biasa kepenampungan untuk melampiaskan hawa nafsunya, 100 riyal semalaman. Bahkan orang Pakistan berani bayar mahar 6000-8000 riyal untuk mahar kawin kontrak atau siri. Biasanya wanita kita mau dikawin, setelah itu kabur kembali kepenampungan.

Dilain sisi bila mana, wanita kita mendapat pekerjaan dengan status swasta, mereka mendapat hak untuk berlibur. Disaat berlibur wanita-wanita kita diperbolehkan bebas kemana saja diluar rumah. Rata-rata mereka tidak mempunyai tempat tinggal. Pada waktu itulah kawin siri banyak dilakukan atau nyambi di penampungan atau hanya bersenang-senang dengan laki-laki mana saja agar punya tempat untuk bermukim dan makan.

Saat ini pemerintah Saudi menutup peluang untuk PRT ke Saudi Arabia, karena pihak Indonesia ingin gaji PRT menjadi 1000 Riyal dengan alasan penyiksaan. Pihak Saudi menginginkan garansi agar PRT tidak kabur. Akhirnya terjadi deathlock negosiasi. Sekarang pemerintah Saudi mempromosikan dan menganjurkan pihak-pihak perekrut pekerja di Saudi untuk mengambil PRT dari Thailand, Vietnam, Cambodia, India dan Bangladesh sebagai pengganti PRT dari Indonesia.
Semoga cerita ini menjadi acuan kita untuk memperbaiki citra Indonesia di manca negara.

2 comments:

Lina Gustina said...

Saya kaget sekali baca berita ini...

Pipseater said...

Pokoknya itu namanya gang doli atau seperti di thailand Patpong itu di pindah ke Saudi.